Beberapa minggu lalu aku sedikit
pusing dengan diriku. Aku seperti berada di tubuh orang lain. Merasa
asing. Malasku meningkat 1000X lipat. Bisa kalian bayangkan bagaimana
malasku? Aku tidak tidur 36jam, selanjutnya aku tidur 15 jam. -untung
saja waktu kulakukan itu sedang libur kerja dan tidak kuliah- kupikir
aku reinkarnasi dari putri tidur. Diwaktu biasa aku akan tidur 10-12
jam. Atau aku hanya tidur 2-4 jam dan setelah itu siap2 untuk
bekerja. Bisa kukatakan aku seperti mayat hidup. Melakukan banyak hal
tapi tidak merasakan rasa bahagia. Gairah hilang seketika.
Pikiranku bekerja. Memikirkan banyak
hal. Tapi tubuhku tak mau melaksanakan. Seperti, aku berpikir untuk
menyelesaikan laporanku, hanya saja tubuhku tetap saja tidur. Tubuhku
membiarkan dirinya tidak makan berhari-hari. Memaksa untuk terus
tidur, tidur, dan tidur. Hatiku menginginkan refreshing tapi tubuhku
tak mau. Dia tetap saja tidur. Aneh? Memang. Dan aku merasakan itu.
Kalian tanya apakah ini penyakit? Kujawab, “bukan” ini adalah
malasku tingkat akut. Aku membebani pikiranku bekerja padahal
sesungguhnya tidak kuinginkan. Aku ingin meminta bantuan tapi tak ada
yang bisa dimintai. Aku ingin diberi hiburan tapi tak ada yang bisa
menghibur. Ah, Ini hanya pikiranku yang kupaksa begitu. Padahal
sesungguhnya semua itu ada. Ada orang yang menungguku datang. Ada
orang yang peduli padaku. Ada yang siap menggandengku. Tapi sekali
lagi. Kemalasanku yang mengendalikan semuanya. Pikiran malasku
menuntut ini dan itu, tapi tubuhku tak mau melaksanakan. Sebenarnya
gejala-gejalanya sudah kurasakan sejak 1,5 tahun terakhir. Namun, tak
terlalu kupedulikan. Hingga akhirnya inilah yang terjadi. Menyesal?
Tentusaja, karena diriku yang tak segera bangkit, ada banyak sekali
persoalan yang tak terselesaikan.
Sebelumnya aku tak mau menyadari
bahwa aku telah jatuh. Kalah. Hal ini semakin membuatku frustasi.
Tindak kemalasanku semakin menjadi-jadi. Aku tak mau peduli pada
dunia di sekelilingku. Gelisah, takut melangkah. Sekelilingku
berputar, tapi aku tetap diam. Tubuhku berlari, tapi aku tetap diam.
Dan sekarang inilah titik balikku.
Aku harus mengakui kekalahanku jika ingin menang. Dan memperbaiki
kemiringan yang kuperbuat. Menatap kedepan. Kalian tahu? Cukup berat
melakukannya. Hingga sebuah kesimpulan ini harus kuambil. Akan
kulepaskan semuanya. Aku merasa akan merugikan sekelilingku kalau
tetap memegangnya. Membuat segalanya menggantung menungguku. Padahal,
aku tak tahu kapan bisa benar-benar berjalan lurus. Atau mungkin tak
akan lurus lagi. Diriku akan menjadi berbeda. Karena aku masih ada
dalam batas perenungan. Aku tak tahu akan seperti apa nanti. Tapi aku
ingin kesuksesanku. Dan aku masih mencari kesuksesanku. Kumohon,
kalian, dunia disekelilingku lepaskanlah aku. Kalian akan baik-baik
saja tanpa aku, karena memang sejak awal aku tak berguna untuk
kalian. Aku tahu tak seharusnya berkata seperti ini. Tapi kalian
tahu? Setiap orang berguna di setiap tempat berbeda. Dan jika
sekarang tak berguna disini, berjalanlah ke tempat lain. Pasti ada
tempat yang membutuhkan kalian.
Dalam perenunganku aku mencari-cari
motivasi sendiri. Kenapa tidak minta teman? “Percuma” kukatakan.
Itu akan membuatku tergantung pada mereka. Aku tak mau begitu. Kalian
tahu? Jika aku mulai tergantung aku tak akan rela melepaskan mereka.
Hatiku akan sakit jika mengetahui mereka berkhianat. Aku terlalu
pencemburu. Aku akan benar-benar marah jika tahu mereka menghiburku
tapi juga menghibur orang lain. Marahku bukannya membentak-bentak.
Diam. Yah, hanya diam marahaku. Atau terkadang menangis, atau
mencari-cari alasan untuk malas. Lalu tidur seperti seorang putri
tidur.
Jika kalian katakan ini adalah wujud
bunuh diri secara perlahan, kukatakan “mungkin”. Ah, Aku baru
saja menyadarinya. Dan aku minta maaf pada-Mu Tuhanku. Aku tak
bermaksud. Seharusnya tak kulakukan semua itu.
Haaaahhhh, saat kutuliskan ini aku
tak bermaksud mengeluh. Aku hanya ingin mengaku kalah. Dan akan
menang di kesempatan di depan. Cukup sulit mengakui bahwa segalanya
adalah kesalahanku. Aku ingin, tapi aku tak bergerak. Hingga membuat
hatiku sakit. Aku menyalahkan keadaan, padahal diriku sendiri yang
menusuknya.
Aku janji akan memulai hidup baru.
Apa bisa? Tentu saja harus bisa. Ada banyak orang yang menungguku.
Terimakasih karena kalian telah mengisi hari-hariku. :D
3 komentar:
Terharu banget baca postingan ini.
Kebetulan lagi googling "Memulai hidup baru" eh nyasar kesini.
Sepertinya saya sedang mengalami hal yang kurang lebih sama. Ada tips untuk mengatasinya? :)
Teddy Bari ehm, jawabanku cukup panjang,. jadi mungkin akan aku posting next time,. nnti aku beritahu kalau sudah ku posting,.
Ditunggu postingan selanjutnyaa.. :)
Posting Komentar