Jumat, 08 April 2016

I'm BACK!!!!


Long time no see.. Kalau ibarat rumah mungkin blog ini sudah sampai lumutan. Udah kangen banget nulis. Yah, walaupun tulisannya sering gak mutu dan sekedar curhatan. But, adakah yang merindukanku? *ngarep :D

Judulnya sih udah ditulis dari bulan Agustus 2015. But, hanya sekedar judul tanpa isi. I want to cry, pernahkan kalian merasa terharu bertemu saudara lama. Dan ada banyak hal yang ingin diceritakan? Hell, yeah, this is me. The latest post I have is letter form another me. That's mean 3 years ago. It's very long time. 2013 and now is 2016. Of course a lot of thing I do. But I'm still like this.

Setelah kuingat, aku sudah mengalami banyak perjalanan selama 3 tahun ini. Aku sudah bukan anak yang gak boleh keluar rumah seperti dulu. Aku sudah tidak pernah terkunci diluar karena telat pulang. Yeah, sudah banyak aturan hidup yang berbeda. Sekarang aku merantau. 1-2 bulan sekali baru pulang. Terasa sangat tidak mungkin bukan mengingat beberapa tahun lalu diriku seperti apa.

Walaupun memang baru beberapa tempat yang aku kunjungi. But, I'm different now. Akhir-akhir ini aku sedang berpikir untuk melakukan perjalanan lagi. Dan aku akan mencoba menulis banyak hal yang terlewat. Dan apa yang kulakukan. Mungkin juga cerita-cerita bersama kalian orang-orang baru yang akan kutemui. Ssstt.. aku sedang bersiap menjumpai kalian dimanapun berada. Aku akan berusaha mencoba hal-hal baru. Cukup yah untuk ucapan wellcome back. Hehehe.. See you next time.. :*
Jumat, 15 Maret 2013

Letter from another me :D


Dear Nui,
Happy birthday nui, sekarang sudah 20 tahun ya?? Waahh angka depannya sudah bukan 1 lagi, gimana rasanya bangun pagi ini? Tau gak, hari ini aku juga ulangtahun. ketika membuka mata ada banyak hal yang kupikirkan.. "Aaahh, aku sudah 20th... tapi belum ada apapun yang bisa kuberikan pada orang yang kukasihi.. hidupku masih sama, kayak anak kecil yang banyak merengek. semoga kamu nantinya gak begitu yah.."

Kamu tahu, aku sedih dan ingin mengangis, banyak orang yang pernah kusakiti. banyak hal salah yang kulakukan..

20 tahun, ya ampuuun, ini bahkan sudah 1/3 umur manusia. dan apaa yang kulakukan?? hahaha kupikir aku akan gila pagi ini.
 
Hujan sudah berganti, udara juga sudah berganti,,, sedangkan aku?? pasti kamu tahu jawbanku.. Apa yang sudah kulakukan? Apa yang kkulakukan untuk memperbaiki segalanya? lebih banyak pertanyaan terulang pagi ini..

Aku bahkan tak tahu dimana ujung pertanyaan ini.. kamu tahu, ada banyak pintu di depanku mereka berwarna-warni seperti pelangi. aku suka semua warna itu, namun aku sulit memilihnya. bukan sulit, tapi takut.. Hanya saja tempat ini juga membuatku takut.. disini terlalu gelap bukan? Nui, mau tidak pergi bersamaku? aku tak tahu pintu mana yang paling menyenangkan.. tapi bukankah ada banyak petunjuk disana..

Kita bisa bersama-sama bermain, seperti bermain teka-teki.. sudah,, kenapa kamu masih menangis? sekarang yang terpenting bukan mengingat cacat masa lalu. yang penting bagaimana memperbaiki cacat itu.

Nuiku sayang, aku tak mengharapkanmu jadi dewasa, karena apa? dewasa itu akan berjalan seperti air. mudah saja menemukan muaranya.. jadi jangan penasaran dengan dewasa, atau kamu hanya akan sakit.



Aku minta maaf kepada semua orang yang pernah kusakiti, maaf kadang egoku lebih merajai.

Minggu, 10 Februari 2013

Anak-anak diantara Senja


3 Agustus 2012 itu adalah tanggal postingan terakhir tentang mereka. Walaupun aku bertemu mereka lebih lama dari tanggal itu. Mereka? Yah.. mereka. Anak-anak diantara senja. Sudah 6 bulan. Ohh, aku menyerah untuk tidak mengatakan ini. Damn! Aku sangat merindukan kalian. Anak-anak diantara senja.

Walaupun terkadang ada tangis, atau kejenuhan, kejengkelan seringkali. Tapi, juga ada momen yang tak bisa terlupakan bersama kalian. Napas-napas yang terengah-engah karena berlarian mengejar bola, atau mengejar kalian ketika kita main kucing dan tikus. Muka yang menahan tawa karena kita menjadi patung. Teriakan kekecewaan kepada kami, kebahagian karena ada sedikit jajan, dan tanganku yang memerah karena berjabatan dengan kalian berulang kali. Ahhh.. kalian begitu kurindukan.
Warna-warni pastel senja muncul lagi sore ini. Hanya saja tanpa ada aku di sana. Kalian tahu? Itu membuatku ingin menangis. Dan kusadari, aku cemburu. Menyayangkan, bagaimana mungkin dulu aku bisa begitu mudah pergi tanpa minta izin kalian? Yah, aku kecewa pada diriku saat ini. Memang penyesalan selalu datang terlambat bukan? Dan kita baru akan tersadar kalau segalanya sudah berbeda. Bahkan tak ada lagi.
Aku bertanya dalam hati. Apakah kalian akan menemukan tulisan pengakuanku ini ketika dewasa nanti? Jika ada diantara kalian menemukan tulisan tak layak ini. Kumohon maafkan diriku. Mbak mengaku salah. Hemh, mbak? Panggilan yang sudah tak pantas lagi untukku bukan. Sekali lagi. Aku minta maaf.
Jumat, 07 Desember 2012

Badut dalam Cermin



Kugoreskan namanya di kaca jendela yang penuh embun pagi. Ian. 3 huruf simpel yang membuatku bergidik. Sensasi mulai menjalar arogan dalam tubuhku. Agak ngeri. Baru kali ini kurasakan sensasi ini dalam duniaku.
Waktu mas Sahrul merayapiku dengan cintanya pun tak seperti ini rasanya. Lebih hambar. Apa karena dulu tak ada ketulusan? Hanya nafsu main-main yang mas Sahrul berikan untukku? Entahlah, segala hal tentang pemuda 25 tahun itu membuat kepalaku berdeyut. Dia merenggut dunia remajaku dan lari pergi. Hingga aku harus ke dunia lain, meninggalkan tubuhku.
Ais?” suara cempreng mbak Rin –kakakku- membuatku terlonjak. “Akhir-akhir ini mbak ngerasa kamu sudah kembali normal. Ehm, gak seperti……..”
Orang gila?” kupotong cepat kalimatnya. “Mbak juga berpikir aku gila?” Syok tergambar jelas dimukanya. Membuat tawa cekikikku pecah.
***
Kupandangi bayangan di cermin. Lama. Siapa dia? Itu aku? Bagaimana mungkin? Tak mungkin aku jadi seperti badut begitu. Aku sudah memakai foundation dengan rata, memakai pelembab sebelumnya. Aku juga memakai bedak, eye shadow, blush on dengan benar.
Tanganku gemetar. Bagaimana ini terjadi? Sebentar lagi Ian datang. tak mungkin aku berpenampilan seperti itu. Tunggu, siapa bilang badut dalam cermin itu aku? Pasti cermin didepanku ini salah. Kepanikan menyiksaku.
Siapa kamu?” Badut itu tak bergerak, hanya panik karena kutanyai.
Kamu tanya siapa aku? Tentu saja aku adalah kamu. Ais.” Seringai lebar muncul, menunjukkan gigi-gigi drakulanya. Suara cekikikannya pun terdengar.
Kamu bukan aku! Kamu badut jelek.” Suaraku tercekat, membentuk jeritan nyaring. Tubuhku bergetar. “Kamu badut jelek!” kuseret paksa badut itu. Kubanting dia. Kuhantam berkali-kali. Aku tertawa keras penuh kemenangan melihat darahnya memenuhi tanganku.
Ais, kamu kenapa?” napas mbak Rin memburu. “Oh, Tuhan. Kamu terluka Ais? Bagaimana bisa cerminnya pecah?” wajah mbak Rin seperti nano nano. Ada keterkejutan, kaget, ngeri. Matanya bergantian melihat diriku yang berdarah-darah dan melihat serpihan kaca disekelilingku.
Rin, kamu sedang apa?” suara lembut itu sudah datang. Ian. Panik kembali menyeringai. Aku takut Ian menganggapku orang jahat karena membunuh badut itu. Apa yang harus kulakukan? Apa aku menangis saja? Ian pasti percaya kalau bukan aku yang membunuh badut itu. Dia sudah di belakang mbak Rin saat kuputuskan menjatuhkan air mataku. “Ais, apa yang terjadi padamu?” dia berlari ke arahku. Menuntunku menyingkir dari serpihan tubuh badut. “Rin? Bisakah kau berikan aku obat luka?” mbak Rin masih mematung. Tapi akhirnya dia menyerah dan meninggalkan kami berdua.
Badut itu bilang aku jelek seperti dia.” Kataku sesegukan.
Ais manis kok, gak jelek.” Tangan Ian membersihkan mukaku dengan tisu. Segalanya jadi tenang karena ada Ian. Kupeluk tubuhnya, bau tubuhnya membuatku melayang. Tidur.
***
Rin…..
Tak pernah kulihat wajah adikku begitu damai dalam tidurnya. Gila seperti memenjarakannya di dunia lain. Demi kerinduan ini, aku harus bisa mencobanya.
Ian, bisakah kamu menjaga Ais?” Ian menoleh cepat padaku. “Aku tak bisa melanjutkan proses ta’aruf kita. Kau lihat, Ais begitu menyayangimu. Bisakah kau menjaganya?” kembali kuulangi pertanyaanku.
Apa maksudmu?”
Aku ingin membuatnya kembali hidup. Kau yang bisa memberinya nyawa.” Kucoba meyakinkannya dengan tersenyum. Tapi ternyata airmataku justru jatuh.
Kutahu kau menyayangi Ais, tapi aku ingin dirimu yang menjadi istriku.”
Kumohon. Jagalah Ais. Kumohon.”
***
Rabu, 05 Desember 2012

Drama Kaca



Tanggungjawab. Apa kalian tahu apa itu? Kuberitahu kalian, gadis itu tak tahu. Gadis itu sudah lama tak tahu. Dia gadis yang egois. Dia tak ingin mendapatkan harta atau barang apapun itu. Dia hanya haus pengakuan. Karena dia terlalu lama mati suri, hingga lupa dengan dunia nyata. Dia pikir dunia nyata seharusnya seperti dunia saat dia koma, ternyata tidak.
Gadis itu menatapku tajam diantara kaca-kaca rumah sakit. Terlalu gelap di tempatnya berdiri, bahkan saking gelapnya seakan-akan dia hanya bayangan. Berkelebat diantara kaca-kaca yang dingin, membaur bersama udara. Kuhembuskan napasku, dia sangat menakutkan. Tidak, dia tak seperti hantu dengan wajah menyeramkan. Dia monster dengan topeng yang sangat manis. Bisa kalian bayangkan orang operasi plastik? Yah, seperti itulah, palsu.
Kuperhatikan dirinya. Dia tidak sendiri, banyak yang menemaninya. Kurasa, jika aku di sana akan bahagia. Namun, dia tidak. Dia punya dunia sendiri. Matanya melukiskan suatu penjara. Dan benar saja tafsiranku, ketika dia sendiri, dia mencoba memecahkan kaca yang membatasi kami. Dia begitu ingin lari ke duniaku. Satu pukulan, dua pukulan, tiga pukulan, dia menyerah. Terlalu takut meninggalkan dunianya. Begitu seterusnya, seringkali kutemukan gadis itu memukul kaca sebentar lalu menyerah.
Ketakutan yang menebal setiap harinya, seperti topeng yang membungkus tubuhnya. Topeng manisnya lama kelamaan tergantinkan dengan topeng aslinya. Dia hanya mengeluh-mengeluh dan mengeluh. Tanggungjawab, hemh, kata itu seakan terhapus dari hatinya. Seakan, yah, hanya seakan. Karena kata itu hanya menyingkir ke pojok hatinya.
Jika kalian menonton drama ini bersamaku duduk di bioskop ini, mugkin akan mengerti bahwa drama ini sangat menyedihkan. Memang gadis itu selain egois juga pengecut, bahkan munafik dengan memakai topeng manis. Tapi, dia sangat menyedihkan. Karena dia tak tahu bahwa dia bisa memanggil kata-kata yang terpinggirkan seperti tanggungjawab. Bisa memperbaiki semua. Bahwa mereka masih ada di hatinya, tidak hilang. Dan tak pernah bisa hilang.
Bintang-bintang terlihat di kaca itu. Gadis yang sekarang terlihat lebih menyerupai monster dibanding manusia itu berjalan dalam kegelisahan. Ke kanan, ke kiri. Dia sudah memaksa semua orang menjadi seperti yang dia inginkan. Bahkan merubah dunianya hampir mirip seperti duniaku. Tapi kenapa tak ada kebahagiaan. Itulah yang dibingungkannya.
Aku berteriak padanya, “Kenapa kamu tak menjadi dirimu? Kamu tak perlu menjadi Aku! Ayolah, panggil kata-kata manis itu. Aku yakin kamu bisa memperbaiki semua.” dia hanya bergeming, seakan mendengar dan tidak teriakanku. Kali ini aku benar-benar frustasi. Kenapa ada gadis seperti dia? Begitu bodohnya sampai tak mengerti bahwa topeng monster yang tertempel di dirinya bisa dilepas. Dia punya banyak koleksi topeng malaikat. Dia bisa memakainya bukan.
Kutinggalkan tempat dudukku tanpa melihat ending. Aku kecewa dengan tokoh utama wanitaku. Yah, walaupun aku tahu ending drama selalu memberi kejutan. Tapi, bukankah lebih menyenangkan menjadi sutradara drama dibanding penonton? Lebih menyenangkan menjadi penulis dibanding pembaca? Karena aku sudah memutuskan tak lagi menjadi penonton, tapi menjadi sutradara. Akan kubuat endingnya sesuai dengan diriku. Kulepaskan tokoh wanita utamaku dari siksaannya.


Blogger templates

Blogroll