Rabu, 04 April 2012

Pencipta Maha Segalanya



Hujan semakin gencar mendera. Membasahi tubuh-tubuh yang haus akan keberkahan. Memaksa tubuh-tubuh yang tidak berkudung menepi. Tubuhku terduduk di sebuah kursi kayu di emperan warung makan. Walaupun sudah berada di tempat yang lumayan teduh tetes-tetes dingin itu masih saja bisa dirasakan wajah.
Mulut beberapa kali memprotes, "Kenapa harus hujan?"
Mata tetap lurus, tak mengalihkan pandangannya dari lubang besar di jalan aspal. Mobil, Motor dan kendaraan-kendaraan lain beberapa kali mengaburkan perhatian sang mata. Tapi dia tetap menatap lurus, tak memedulikan mulut yang mengeluh.
Telinga berdecak-decak kagum mendengar  suara hujan yang bergemericik. Suara kencangnya kendaraan yang melintas. Suara Ban-ban yang masuk ke lubang yang ditatap mata. Suara musik yang mengalun syahdu. Dan beberapa kali suara tubuh lain yang menanggapi mulut yang memprotes.
Tangan menekan-nekan hp, tak jelas apa yang dia inginkan. Hingga akhirnya memutuskan menulis sebuah status yang dikirimnya ke jejaring sosial facebook, "Ya Allah, bisakah Kau hentikan hujan untuk saat ini? I just want to go to the beach,. Pleeeeaaaaasssseee,"
Keheningan kembali memikat. Hingga Tuhan mulai meregangkan hujan. Digantinya hujan menjadi gerimis. Membuat tubuh-tubuh mengucap syukur dan kembali melanjutkan perjalanan.
Mata masih terpikat pada lubang-lubang di jalan. Otak yang menyadarinya beberapa kali memerintahkan tangan secara mendadak untuk membelokkan kemudi motor menghindari lubang. Hingga membuat tubuh lain menjeri kaget. Memaksa mulut bertanya, "Ada apa?"
"Aku takut. Hati-hati."

Suara lain terdengar, mengatakan ada tubuh yang terjatuh. Tangan dengan refleks memutar kemudi menuju tubuh itu. 2 tubuh terduduk lemas di pematang sawah. Kaki-kaki berlari berusaha menolong. Kepanikan mulai menyerang. "Bagaimana ini?" Suara-suara dipikiran melayang-layang.

Hati yang ikut merasakan tubuh yang sakit itu merayu mata untuk menggulirkan berlian-berliannya. Dia berusaha mati-matian, tapi mata menolaknya. "Sekarang bukan waktunya menangis, sekarang waktunya membantu. Gerakan cepat itu lebih baik daripada hanya menurunkan air mata. Mulut, bisakah kau tersenyum saja? Supaya rasa panik hilang, dan ketenangan bisa kembali?" Mulut dan hati mengangguk-angguk setuju.

Waktu bergerak cepat, tubuh-tubuh itu dilarikan menuju tempat pengobatan. Segalanya mulai terkondisi. Ketika tubuh memasuki ruang pengobatan itu segalanya terasa dingin. Sepi. Walaupun banyak suara-suara di luar, milik tubuh-tubuh lain yang bersimpati. Tidak cukup meredam kesunyian.

Kesunyian mulai hilang ketika tubuh yang berpakaian serba putih mulai berkata, "Tidak apa-apa, tidak ada yang perlu di khawatirkan." Napas lega terdengar. Dan Alhamdulillah terucap.

"Terimakasih Ya Allah, Engkau Maha Pengasih hingga tak memutuskan ikatan yang menyatukan tubuh-tubuh itu."

2 komentar:

Anonim at: 4 April 2012 pukul 15.13 mengatakan...

It was very interesting for me to read that blog. Thanks the author for it. I like such topics and everything that is connected to them. I would like to read more soon.
2005 Pontiac Torrent AC Compressor

Unknown at: 5 April 2012 pukul 13.31 mengatakan...

@Sheena, Thank you for reading my blog. Come so often. Nice to meet you.

Posting Komentar

Blogger templates

Blogroll