Kamis, 21 Juni 2012

Manusia bukan Kotoran



Manusia makhluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan. Namun, terkadang karena kesempurnaan itu muncullah kesombongan. Menganggap dirinya paling penting diantara segala hal yang ada. Bahkan dibanding manusia lain.
Miris saat kita melihat manusia lain yang sama seperti kita di pemberhentian lampu merah. Oh, lihatlah Ibu itu. Di bawah matahari yang tepat di atas kepala kita harus menggendong anak balitanya untuk minta belas kasihan. Atau lihat Ibu yang sedang menyuapi balitanya di pinggir jalan itu. Bayi kecil itu duduk di trotoar yang panas tanpa tikar. Bagaimana bisa manusia-manusia dengan robot besinya sering tidak mengasihani mereka? Ada yang bilang, “Merekakan sudah dapat dana pemerintah. Lagian kita dilarang memberi mereka uang bukankah hanya akan memanjakan mereka?”
Benar, dengan memberi uang kita justru mengajari mereka untuk meminta bukannya berusaha. Tapi, apa tidak ada cara lain untuk membantu? Mereka bukan orang-orang yang bisa menyisihkan uang untuk sekolah/kursus. Punya Ijazah saja mungkin tidak. Lalu bagaimana mereka mencari uang jika tidak minta belas kasihan? Ada manusia lain menjawab, “Kan, mereka bisa jualan? Atau berwirausaha?” Ayolah, apa kalian percaya bahwa mereka akan punya modal jika kalian tidak ada yang memberi sedikit uang untuk mereka? Tentu saja tidak.
Pinjaman, ya… itu salah satu cara mendapatkan modal. Tapi apa kalian akan percaya untuk meminjamkan uang pada mereka jika melihat keadaan mereka seperti itu? Manusia hanya menyalahkan. Mereka semua yang minta belas kasihan kita di lampu-lampu merah bukanlah tanpa sebab. Tapi, manusia lain berpikir bahwa hal itu terjadi karena mereka tak mau bekerja. Bukan, bukan itu.
Lihatlah anak-anak kecil yang melap motor kita saat kita berhenti di lampu merah. Apa manusia-manusia yang kaya berpikir bahwa mereka justru mengotori motor atau mobil mereka? Jawabannya adalah “Ya”. Saya pernah melihat beberapa orang menggoyangkan motornya untuk mengusir mereka. Apakah tidak ada cara lain untuk memberitahu kalau kita lebih miskin dari mereka sehingga tidak bisa memberi uang? Suatu kali saya juga melihat manusia di dalam mobil-mobil mulus itu justru meng-klackson keras-keras.
Andai manusia-manusia itu pernah melihat kehidupan sebenarnya anak-anak kecil ini. Mereka terkadang menyangsikan bahwa uang itu untuk membeli seragam atau membayar sekolah. Mereka tidak pernah mengalami, akhirnya ketidak percayaan yang ada.
Manusia-manusia munafik yang banyak uang itu justru terkadang berkata, “Lihat, teman-teman mereka saja banyak yang masuk penjara karena narkoba atau mencuri.” Tuhan, mereka hanya anak-anak kecil yang tidak tidur di kasur empuk. Bagaimana bisa mereka berpikir mencuri untuk membeli rumah atau mobil seperti pahlawan-pahlawan korupsi negeri ini? mereka mencuri karena tidak ada yang mereka makan, atau tidak ada mainan Barbie, mobil-mobilan seperti milik manusia-manusia yang naik mobil itu.
Tapi walaupun begitu tak banyak yang sadar. Bahwa mereka juga membutuhkan kasih sayang. Tidak hanya sebatas uang atau cercaan. Jika memang tidak ingin memanjakan mereka dengan uang, bukankah bisa memberi mereka pengarahan atau kursus supaya mereka punya pilihan pekerjaan yang lebih baik. Mereka juga manusia. Bukan kotoran yang bisa seenaknya kita suruh pergi dengan mendorongnya keras-keras. Atau membuat mereka kaget hingga terjengkang karena suara klakso kita.
Setiap manusia punya keberuntungan masing-masing. Seharusnya kita yang lebih beruntung daripada mereka memberikan sedikit keberuntungan kita. Mereka sama dengan kita. Makhluk yang paling sempurna.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Blogroll