Manusia makhluk paling
sempurna yang diciptakan Tuhan. Namun, terkadang karena kesempurnaan
itu muncullah kesombongan. Menganggap dirinya paling penting diantara
segala hal yang ada. Bahkan dibanding manusia lain.
Miris saat kita melihat
manusia lain yang sama seperti kita di pemberhentian lampu merah. Oh,
lihatlah Ibu itu. Di bawah matahari yang tepat di atas kepala kita
harus menggendong anak balitanya untuk minta belas kasihan. Atau
lihat Ibu yang sedang menyuapi balitanya di pinggir jalan itu. Bayi
kecil itu duduk di trotoar yang panas tanpa tikar. Bagaimana bisa
manusia-manusia dengan robot besinya sering tidak mengasihani mereka?
Ada yang bilang, “Merekakan sudah dapat dana pemerintah. Lagian
kita dilarang memberi mereka uang bukankah hanya akan memanjakan
mereka?”
Benar, dengan memberi uang
kita justru mengajari mereka untuk meminta bukannya berusaha. Tapi,
apa tidak ada cara lain untuk membantu? Mereka bukan orang-orang yang
bisa menyisihkan uang untuk sekolah/kursus. Punya Ijazah saja mungkin
tidak. Lalu bagaimana mereka mencari uang jika tidak minta belas
kasihan? Ada manusia lain menjawab, “Kan, mereka bisa jualan? Atau
berwirausaha?” Ayolah, apa kalian percaya bahwa mereka akan punya
modal jika kalian tidak ada yang memberi sedikit uang untuk mereka?
Tentu saja tidak.
Pinjaman, ya… itu salah
satu cara mendapatkan modal. Tapi apa kalian akan percaya untuk
meminjamkan uang pada mereka jika melihat keadaan mereka seperti itu?
Manusia hanya menyalahkan. Mereka semua yang minta belas kasihan kita
di lampu-lampu merah bukanlah tanpa sebab. Tapi, manusia lain
berpikir bahwa hal itu terjadi karena mereka tak mau bekerja. Bukan,
bukan itu.
Lihatlah anak-anak kecil
yang melap motor kita saat kita berhenti di lampu merah. Apa
manusia-manusia yang kaya berpikir bahwa mereka justru mengotori
motor atau mobil mereka? Jawabannya adalah “Ya”. Saya pernah
melihat beberapa orang menggoyangkan motornya untuk mengusir mereka.
Apakah tidak ada cara lain untuk memberitahu kalau kita lebih miskin
dari mereka sehingga tidak bisa memberi uang? Suatu kali saya juga
melihat manusia di dalam mobil-mobil mulus itu justru meng-klackson
keras-keras.
Andai manusia-manusia itu
pernah melihat kehidupan sebenarnya anak-anak kecil ini. Mereka
terkadang menyangsikan bahwa uang itu untuk membeli seragam atau
membayar sekolah. Mereka tidak pernah mengalami, akhirnya ketidak
percayaan yang ada.
Manusia-manusia munafik yang
banyak uang itu justru terkadang berkata, “Lihat, teman-teman
mereka saja banyak yang masuk penjara karena narkoba atau mencuri.”
Tuhan, mereka hanya anak-anak kecil yang tidak tidur di kasur empuk.
Bagaimana bisa mereka berpikir mencuri untuk membeli rumah atau mobil
seperti pahlawan-pahlawan korupsi negeri ini? mereka mencuri karena
tidak ada yang mereka makan, atau tidak ada mainan Barbie,
mobil-mobilan seperti milik manusia-manusia yang naik mobil itu.
Tapi walaupun begitu tak
banyak yang sadar. Bahwa mereka juga membutuhkan kasih sayang. Tidak
hanya sebatas uang atau cercaan. Jika memang tidak ingin memanjakan
mereka dengan uang, bukankah bisa memberi mereka pengarahan atau
kursus supaya mereka punya pilihan pekerjaan yang lebih baik. Mereka
juga manusia. Bukan kotoran yang bisa seenaknya kita suruh pergi
dengan mendorongnya keras-keras. Atau membuat mereka kaget hingga
terjengkang karena suara klakso kita.
Setiap manusia punya
keberuntungan masing-masing. Seharusnya kita yang lebih beruntung
daripada mereka memberikan sedikit keberuntungan kita. Mereka sama
dengan kita. Makhluk yang paling sempurna.
0 komentar:
Posting Komentar