Rabu, 23 Mei 2012

Kesenangan itu ada dalam Hati


It's My Town
Ada banyak hal yang orang pikir tidak menyenangkan tapi kenyataan yang terjadi sebaliknya. Dan inilah yang aku alami. Aku yakin bahwa apapun yang terjadi saat ini adalah jalan yang sebenarnya secara tidak sadar kita inginkan. Seperti halnya keberadaanku di organisasi. Jika saat ini aku ditanya bagaimana kamu bisa di takmir? -organisasi yang kuikuti sekarang- Jawabannya adalah "Karena sewaktu kecil aku sudah mengagumi masjid ini. Dan aku minta pada Allah untuk bisa memasukinya." Sebenarnya aku juga baru sadar akan permintaanku pada Allah. Aku bahkan sudah melupakannya.

Ingatanku baru kembali tentang bab masa kecil itu setelah membaca suatu kalimat "Yakin, tidak ada suatu kebetulan di dunia. Semua sudah ada jalannya. Jalan itu bisa berubah jika kita berubah." Jadi secara tidak sadar kitalah perancang jalan. Sedangkan yang membuat, yang memperbagus adalah Tuhan. Kita punya gambaran akan bagaimana jalan itu, tapi kita tidak pernah memulai untuk menuangkannya tentu saja jalan yang kita rancang tidak akan cepat berubah. Panjangnya akan tetap sama, belokannya tetap sama.
 
Seperti halnya diriku, segala yang kualami sebenarnya sudah pernah kukatakan pada Tuhanku. Hanya saja Allah tidak mengabulkannya dulu tapi sekarang atau masa depan dari dulu. Dan untuk mengabulkannyapun Allah punya jalan sendiri. Allah melihat seberapa tangguhnya kita untuk memperjuangkan keinginan kita.

Suatu hari di masa lalu, aku berkeinginan keras untuk bisa dapat ranking untuk nilai terakhir di SMK. Tentu saja jika ingin mendapatkannya harus dapat nilai tinggi. Dihari lain salah seorang guru menasehati "Targetkan segala hal jangan tinggi-tinggi. Atau kalian akan kecewa jika tidak mendapatkannya." Teman-temanku banyak yang sepakat dengan nasehat itu. Kebanyakan dari mereka menurunkan target nilainya. dari 9 mereka cukupkan dengan angka 8 atau 7. Sedangkan aku sedikit sepakat. Untuk itulah aku tak menurunkan target. Aku ingin nilai 10 untuk ujianku yang terakhir di bangku sekolah. Tapi kukatakan pada diriku "Ini keinginanmu, jika suatu hari kau tak mendapatkannya jangan menyesal. Yang terpenting dalam hidup, kamu punya target, rencana untuk melakukan, dan berusahalah untuk mencapainya. Jika kamu sudah berusaha, untuk apalagi kata penyesalan?? Itu bukanlah poin penting untuk dilakukan. Dan jangan tulis hal itu dalam rencanamu."

And that's right, Aku dapatkan yang kumau. Tidak untuk nilai 10 tapi iya untuk hadiah dan ranking. 9,75 untuk matematika. Nilai yang wow bagiku. Bagiku, matematika sama seperti orang lain. Cukup sulit. Tapi hal lain yang aku terapkan, "Cintai kesulitan, dan kesulitan akan berdamai denganmu. Bukankah jatuh cinta hal yang menyenangkan? Bohong kalau cinta itu menyakiti. Yang menyakiti itu benci bukan cinta."

"Jika kalian membahagiakan orang lain. Ada banyak orang lain yang akan membalasnya." Begitu juga diriku, kusadari saat menulis ini. Karena targetku itu, orangtuaku bahagia. Mereka bangga padaku. Padahal jujur, aku menargetkan hal itu untuk diriku sendiri. -Ingin balas dendam karena di Ujian sewaktu SMP aku tidak dapat hadiah.- motivasi yang cukup kekanakan sebenarnya. Hadiah dari Sekolah. Dan inilah hadiah dari Allah. Sudah kukatakan sejak dulu pada-Nya. Sungguh aku ingin kuliah. Aku ingin jadi orang sukses. Bukan orang yang selalu setia pada prinsip "yang penting segalanya tercukupi" tapi "segalanya tercukupi dan bisa mencukupi orang lain" untuk itu aku ingin belajar lagi supaya bisa mencapainya. Namun, Allah membuat benteng-benteng tinggi. Aku harus melompatinya jika ingin mendapatkan yang kuinginkan "Kuliah". Benteng itu adalah "Belajar untuk tes Masuk Perguruan Tinggi."

Ow,, Ow,, Ow,, Aku suka belajar, tapi aku tak suka belajar yang membuang-buang waktu. Mungkin aku yang aneh, tapi inilah yang kupikirkan saat itu. "Aku sudah belajar selama 3 tahun di SMK, sama dengan teman-teman SMAku. Lalu kenapa aku harus belajar pelajaran SMA yang mereka pelajari selama 3 tahun lagi? Hey, lalu untuk apa selama ini aku belajar 3 tahun??" Orangtuaku ketika itu sudah mendesak-desak. Tanya ingin kuliah dimana. Hanya satu jawaban yang selalu kuberikan, ini berkaitan dengan pikiranku. "Gak tahu, Gak tahu, dan Gak tahu." Just it.

Aku tak mau melompati tembok itu. Kenapa? Karena aku sudah merubuhkan satu tembok kenapa harus melewati tembok yang lain. Tembok ini terbuka menuju satu tempat. Kuliah di D3 Ekonomi. Karena aku masih memegang prinsipku, aku sudah belajar kenapa harus belajar lagi? untuk itu aku mengiyakan saja masuk sana.

Banyak orang yang selalu bertanya kenapa D3? Kenapa gak S1? Selalu kujawab, aku malas belajar. Padahal selain itu ada jawaban yang lebih kuat. "Ini adalah jalan yang sudah kugambar sewaktu masih kanak-kanak." Tidak percaya? SMK berbasic ekonomi, seandainya aku mau melompati tembok itu dengan belajar tentu aku tidak akan kuliah di UII. Dengan begitu aku sudah jauh dari keinginanku untuk bisa memeluk masjid indah itu. Pilihan selanjutnya, jika aku mau belajar dan masuk S1 tentu aku hanya akan masuk ke teras masjid. Kenapa? Karena S1 UII jauh banget dari masjid yang kuinginkan. Dia berdiri terpisah dari Kampus pusat.

Dan jawaban yang lebih kuat itulah yang menjadi alasan kenapa aku di takmir. Ya, Allah terimakasih Engkau mengabulkan keinginanku.

Kembali ke hal yang orang pikir tidak menyenangkan padahal sebaliknya yang terjadi. Sekarang aku sedang Magang di sebuah BMT, sebelumnya kukatakan pada Allah, "Ya Allah, aku ingin magang yang ngerjain akuntansi komputer, karena aku suka. Aku gak mau di pajak. Karena nilai pajakku jelek. Tapi aku gak mau di swalayan, gak mau jadi kasir. Masak anak kuliah jadi kasir??"

Inilah pelajaran yang ingin diberitahukan Allah padaku.  Pelajaran apa? Aku juga belum tahu. Mungkin suatu hari setelah semuanya selesai bisa kuceritakan. Teman-teman pada tanya, ngapain magang di BMT? Hah, kalian tidak tahu. Ini adalah jalanku berikutnya, jawaban atas doa yang kusampaikan pada Allah. Tentusaja bukan hanya dari doa polos yang kusebutkan sebelumnya, tapi gabungan dari doa yang lain. Tapi aku tak tahu doa yang mana.

Yang aku yakini saat ini. Segala hal yang terjadi sesuai pikiran kita. Kalau kita berpikir ini menyenangkan dan mengikhlaskan agar tidak membebani, itulah yang terjadi. Tapi kalau kita hanya berpikir tanpa ikhlas. Kamu hanya akan merasa berat. Setiap jalan ada pelajaran tersendiri. Ada hal-hal yang bisa diambil. Yang tidak menyenangkan maupun yang menyenangkan. Untuk itulah, "Terimakasih Ya Allah, Engkau beri kesempatan padaku untuk merasakan semua ini."

Ini kuucapkan bukan karena aku kecewa. Tapi karena syukur untuk kesenangan-kesenangan yang kudapatkan disini. Mungkin lain waktu bisa kutuliskan. Tapi tidak untuk sekarang. Paling penting. Teruslah berusaha, yakin bahwa ada jalan untuk setiap keinginan. Kita tidak tahu masa depan. Tapi kita bisa merencanakan masa depan. Kita baru akan tersadar bahwa banyak rencana kita terkabul setelah menjadi masa lalu. Untuk itu nikmati segala yang ada sekarang.

Seperti kata salah seorang teman. Bersungguh-sungguh, nikmati dan jika tidak sesuai bersabarlah. Mungkin tidak di jalan ini kesenangan itu ada. Tapi di belokan depan. Atau di 2 km perjalanan lagi? Tak ada yang tahu. Makanya, jangan menyerah pada kegagalan. Jika kita menyerah sekarang padahal kesenangan itu di 2 kilo lagi perjalanan. Bukankah kita yang rugi? Terimakasih untuk semua teman yang sudah menguatkan. Terimakasih pelajaran dan nasehatnya sampai bisa kuat sampai sekarang.

-Tulisan ini bukan wujud kesombongan, hanya instropeksi diri untuk selalu berusaha.




0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Blogroll