Aku tak tahu perasaan apa ini. Mungkinkah Cinta? Atau hanya Kagum? Atau Suka? Atau Sayang? Atau bahkan Nafsu? Ehm, kurasa tidak untuk nafsu. Coret untuk kata itu. Ahh, begitu banyak kata untuk mengartikannya, membuatku bingung.
Jika orang bilang mencintai itu merasakan 'deg-deg’an tapi tidak bagiku. Jantungku tak pernah meloncat-loncat saat mata tak sengaja bertemu di keramaian. Tapi bolehkan aku pakai kata cinta untuk perasaanku? Walaupun kata itu terlalu tinggi untuk sebuah perasaan main-main seperti ini.
Aku mencintainya sejak pertemuan pertama. Tubuhku sudah mengabadikan setiap detail tubuhnya. Bagaimana punggungnya ketika berdiri. Bagaimana tegapnya ia ketika mengendarai motor. Bagaimana gesitnya sang kaki ketika berlari mengejar bola. Bagaimana kesempurnaannya. Senyum, marah, kecewa, segala ekspresi mukanya. Segala gerak bibir, mata, alis, pipi tembamnya. Tubuhku sudah menghafalnya.
Aku juga tak mengerti bagaimana bisa. Secara tak sengaja segalanya sudah terekam. -Catatan paling penting aku bukan plagiat-. Aku hanya suka mengamati dirinya ketika bertemu.
Aku tak pernah katakan padanya kalau aku mencintainya. Biarlah segalanya aku simpan dalam laci terdalamku. Apakah aku pengecut? Mungkin ya, mungkin tidak. Cukup banyak untuk mengatakannya. Ada ketakutan tersendiri untuk mengatakannya. Salah satunya, aku takut jika mendahulu takdir Tuhan. Belum tentu dia adalah jodohku tapi aku sudah main-main mengatakan dia akan jadi milikku. Ataupun ingin memilikinya.
Beberapa hari lalu aku bertemu lagi dengannya, entah hanya perasaanku atau memang itu yang terjadi. Dia sedikit berbeda sikapnya. Dalam hati aku bertanya, apakah dia sudah tahu aku menyimpan sekeping cinta? Aku tak pernah mengharap apapun. Satu hal yang aku yakini "cinta adalah memberi. Dia tidak mengharap untuk menerima -tidak menuntut-. Walaupun dia tidak meminta. Tapi cinta akan memberi."
Oh Tuhan, biarkan segalanya menjadi mudah.
0 komentar:
Posting Komentar