COWOK!!! Aku tidak terlalu akrab dengan
kata, bentuk, suaranya. Bukannya aku lesby.
Aku tak punya banyak teman cowok. Jadi, mungkin karena itulah mereka
asing bagiku. Jatuh Cinta? Aku pernah jatuh cinta pada bangsa mereka. Tapi tak
pernah pacaran.
Suatu hari sewaktu menuju parkiran, makhluk
asing itu menyapaku. Dia dari jurusan berbeda. Aku beberapa kali pernah
membantunya untuk Key-in (pengambilan mata kulian dengan system yang terhubung
internet). Dia suka music, jadi mungkin karena itu tidak terlalu fanatic dengan
computer. Untuk key-in saja banyak kebingungan dihadapinya. Untuk itulah aku
yang kebetulan sedang online di facebook waktu itu member informasi kepadanya.
Bukannya aku sok pintar, tapi karena aku memperhatikan sewaktu diberi
informasi. Sedangkan makhluk itu? Dia selalu sibuk dengan urusannya sendiri.
Sebenarnya, aku agak gak iklas. Masak, aku
yang mendengarkan harus berbagi informasi sama makhluk yang tidur sewaktu
diberi informasi? Tapi naluri kemanusiaanku mengalahkan rasa tidak ikhlas itu. Walau
sudah kuperinci langkah-langkahnya, tetap saja dia tidak bisa. Akhirnya, akulah
yang meng-key-in mata kuliahnya.
Dia begitu berterima kasih padaku. Setelah
itu, dia mencariku. Aku yang gak begitu terkenal membuatnya kesulitan
menemukanku. Diriku seperti kerikil kecil sedangkan dia batu yang besar.
Semester berikutnyapun dia masih meminta bantuanku. Walau kami sering smsan,
aku masih sungkan padanya. Tak pernah mengajaknya bicara terlebih dahulu saat
ketemu. Walau aku mengajaknya masuk organisasiku. Dia agak gak enak berada di
tengah-tengah kami. Mungkin merasa berbeda. Padahal kami tak pernah
mempermasalahkannya. Kemudian, aku berpikir. Apa dia masuk hanya karena untuk
balas budi padaku? Sampai sekarang aku belum menemukan jawabannya.
Di hari itu dia sedang duduk-duduk bersama
teman-temannya. Anak-anak gaul seperti dia tentunya. Diriku bimbang. Antara
ingin menyapanya atau tidak. Aku memutuskan tidak menyapa. Satu langkah. Dua
langkah. Tiga langkah. Diriku tepat berada di belakangnya. Dilangkah ke empat,
saat aku melewatinya. “Assalamu’alaykum.” Suaranya menyapaku.
“Wa’alaykumsalam.” Jawabku sambil
menengoknya. Aku malu. Seharusnya sejak awal aku menyapanya.
0 komentar:
Posting Komentar