Rabu, 21 Maret 2012

Makhluk Asing



COWOK!!! Aku tidak terlalu akrab dengan kata, bentuk, suaranya. Bukannya aku lesby.  Aku tak punya banyak teman cowok. Jadi, mungkin karena itulah mereka asing bagiku. Jatuh Cinta? Aku pernah jatuh cinta pada bangsa mereka. Tapi tak pernah pacaran.
Suatu hari sewaktu menuju parkiran, makhluk asing itu menyapaku. Dia dari jurusan berbeda. Aku beberapa kali pernah membantunya untuk Key-in (pengambilan mata kulian dengan system yang terhubung internet). Dia suka music, jadi mungkin karena itu tidak terlalu fanatic dengan computer. Untuk key-in saja banyak kebingungan dihadapinya. Untuk itulah aku yang kebetulan sedang online di facebook waktu itu member informasi kepadanya. Bukannya aku sok pintar, tapi karena aku memperhatikan sewaktu diberi informasi. Sedangkan makhluk itu? Dia selalu sibuk dengan urusannya sendiri.
Sebenarnya, aku agak gak iklas. Masak, aku yang mendengarkan harus berbagi informasi sama makhluk yang tidur sewaktu diberi informasi? Tapi naluri kemanusiaanku mengalahkan rasa tidak ikhlas itu. Walau sudah kuperinci langkah-langkahnya, tetap saja dia tidak bisa. Akhirnya, akulah yang meng-key-in mata kuliahnya.
Dia begitu berterima kasih padaku. Setelah itu, dia mencariku. Aku yang gak begitu terkenal membuatnya kesulitan menemukanku. Diriku seperti kerikil kecil sedangkan dia batu yang besar. Semester berikutnyapun dia masih meminta bantuanku. Walau kami sering smsan, aku masih sungkan padanya. Tak pernah mengajaknya bicara terlebih dahulu saat ketemu. Walau aku mengajaknya masuk organisasiku. Dia agak gak enak berada di tengah-tengah kami. Mungkin merasa berbeda. Padahal kami tak pernah mempermasalahkannya. Kemudian, aku berpikir. Apa dia masuk hanya karena untuk balas budi padaku? Sampai sekarang aku belum menemukan jawabannya.
Di hari itu dia sedang duduk-duduk bersama teman-temannya. Anak-anak gaul seperti dia tentunya. Diriku bimbang. Antara ingin menyapanya atau tidak. Aku memutuskan tidak menyapa. Satu langkah. Dua langkah. Tiga langkah. Diriku tepat berada di belakangnya. Dilangkah ke empat, saat aku melewatinya. “Assalamu’alaykum.” Suaranya menyapaku.
“Wa’alaykumsalam.” Jawabku sambil menengoknya. Aku malu. Seharusnya sejak awal aku menyapanya.

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger templates

Blogroll